Densus 88 pasukan anti teror paling kondang di Asia

Berdiri sejak 20 Juni 2003, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri langsung tancap gas. Betapa tidak, baru dua bulan berdiri kesatuan ini langsung mendapat pekerjaan rumah menyusul terjadinya serangan bom mobil di Hotel JW Marriot, Selasa, 5 Agustus 2003.

Aksi bom bunuh diri itu dilakukan oleh Asmar Latin Sani, dengan menggunakan mobil Toyota Kijang bernopol B 7462 ZN yang dipenuhi bahan peledak. Aksi bom bunuh diri ini menewaskan 12 orang dan melukai 150 orang lainnya.

Peristiwa itu pun langsung ditangani Densus 88. Hebatnya, hanya dalam tempo beberapa minggu saja jaringan pengebom hotel mewah tersebut dapat dibongkar dan ditangkap. Para pelaku yang ditangkap antara lain, Toni Togar, Sardono Siliwangi, Idris alias Iksan, Datuk Raja Ami, Purwadi, M Rais, Suprapto, Heru Setianto, Solihin, serta Malikul.

Penangkapan yang dilakukan Densus 88 terhadap para pelaku pemboman JW Marriot bukan berarti tugas mereka jadi semakin mudah. Soalnya, pasukan antiteror tersebut belum berhasil menangkap otak di balik rentetan teror bom di Indonesia, yakni Dr Azhari dan Noordin M Top. Dua puncak pimpinan teror asala Malaysia yang licin bak belut.

Selang setahun bom JW Mariot, pada 9 September 2004, teror bom itu kembali terjadi. Kali ini yang jadi sasaran adalah Kedutaan Besar Australia, Jl Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Saat itu pelaku menggunakan modus yang sama yakni bom bunuh diri dengan menggunakan mobil. Dalam peristiwa itu sebanyak 11 orang tewas sementara puluhan warga lainnya luka-luka.

Dalam waktu satu bulan, Densus 88 yang dibantu Australian Federal Police (AFP) berhasil membekuk para tersangka setelah mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri yang diketahui bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun. Adapun para pelaku yang berhasil ditangkap, yakni Rois, Ahmad Hasan, Apuy, dan Sogir alias Abdul Fatah.

Setahun berikutnya, tepatnya 1 Oktober 2005, Pulau Bali kembali diguncang bom, atau yang dikenal dengan peristiwa Bom Bali II. Dalam aksi pemboman yang dilakukan di Kuta dan Jimbaran tersebut, sebanyak 23 orang tewas dan ratusan orang menderita luka-luka.

Kali ini Densus 88 membutuhkan waktu 3 bulan untuk mengungkap kasus tersebut. Diketahui pelaku peledakan adalah Salik Firdaus, Misno alias Wisnu, dan Ayib Hidayat. Dari hasil pengambangan kasus Bom Bali II ini Densus 88 mulai mencium tempat persembunyian tokoh teroris yang paling dicari di Indonesia dan Malaysia. Dia adalah Dr Azhari.

Sebulan setelah mengungkap pelaku Bom Bali II, Densus 88 langusng mengepung persembunyian Dr Azhari di Batu, Malang. Dalam penyerbuan itu, Dr Azhari berhasil ditembak mati setelah sebelumnya terjadi baku tembak dengan petugas yang ingin membekuknya.

Keberhasilan Densus 88 menembak mati Dr Azhari tentu melambungkan nama Densus 88 sebagai satuan anti terror terkemuka di Asia. Apalagi dalam waktu bersamaan Densus 88 berhasil menangkap pelaku peledakan bom di pasar tradisional Kota Palu.

Tapi tewasnya Dr Azhari bukan berarti tugas Densus 88 menjadi ringan. Sebab masih ada tokoh teroris lainnya yang masih berkeliaran. Dia adalah Noordin M Top, pria asal Malaysia yang belakangan menikah dan menetap di Indonesia. Noordin selain dikenal sebagai perakit bom, juga punya kemampuan merekrut jamaah yang siap melakukan aksi bom bunuh diri.

Prestasi Densus 88 lainnya adalah ketika mereka berhasil membongkar jaringan teroris Jawa Tengah. Usai membongkar jaringan Jawa Tengah, Densus kemudian berhasil menangkap dan melumpuhkan Abu Dujana alias Ainul Bahri, Komandan Sayap Militer Jamaah Islamiyah (JI), serta pimpinan JI lainnya, Zarkasih Amir.

Penangkapan kedua tokoh JI ini semakin melambungkan nama Densus 88 sebagai kesatuan antiterror yang handal dan professional. "Nama Densus 88 saat ini sangat disegani di Asia karena ketika berhasil menyudahi petualangan para gembong teroris, seperti Dr Azhari, Dulmatin, Zarkasih, dan Noordin M Top," ujar pengamat militer dan intelijen Dynno Chressbon.

Menurut Chressbon, keberhasilan Densus 88 dalam menanggulangi jaringan teroris tidak lepas dari pelatihan serta ditunjang oleh aneka peralatan canggih. Selain dilatih oleh pasukan antiteror dalam negeri, personel Densus 88 juga dilatih oleh pasukan khusus dari CIA, FBI, National Service Australia, serta jaringan intelijen Barat lainnya.

Dengan pelatihan yang dilakukan pasukan khusus dari beberapa negara Barat ini, keahlian masing-masing personel Densus 88 pun semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Kesatuan ini juga didukung persenjataan dan peralatan pendukung yang canggih, seperti senapan serbu Colt M4 5.56 mm, Steyr AUG (senapan penembak jitu), Armalite AR-10, serta shotgun Remington 870 buatan Amerika Serikat (AS). Untuk alat pendukung, Densus 88 dilengkapi alat komunikasi personal, GPS, kamera pengintai malam, alat penyadap dan perekam mikro, pesawat interceptor, serta mesin pengacak sinyal.

"Dengan kemampuan personel yang mumpuni ditunjang peralatan canggih, Densus 88 bisa dengan mudah menditeksi gerakan teroris serta jaringan-jaringannya," tegas Chressbon.

sumber: kaskus.us

0 komentar:

Posting Komentar